Prospek Batu Apung Indonesia
Company Name : UD.SWOTS POTS
Lombok Pumice Stone Mining Indonesia
Pumice Stone Supplier From Indonesia
Berdasarkan analisis perkembangan selama periode 1985 – 1991 dan aspek-aspek yang mempengaruhinnya, prospek industri pertambangan batu apung di Indonesia di masa mendatang (sampai tahun 2000) di perkirakan cukup baik.
Pasokan Batu Apung
Walaupun ada subsitusi dari material lain bagi batu apung dan pemanfaatannya di sektor industri di dalam negeri yang belum berkembang, jika dilihat dari sisi potensi yang cukup besar, terus meningkatnya permintaan dari luar negeri, serta kebijaksanaan pemerintah dalam ekspor yang lebih luwes, diperkirakan sisi pemasokan, yaitu produksi dan impor batu apung, akan terus menigkat.
Produksi Batu Apung
Produksi batu apung di masa datang cenderung akan lebih di pengaruhi oleh perkembangan ekonomi di dalam negeri sendiri. Oleh karena itu, untuk proyeksi dihgunakan laju pertumbuhan pendapatan domestik bruto (GDP) per tahun; antar lain 3% (proyeksi rendah), 5% (proyeksi sedang), 7% (proyeksi tinggi), maka produksi batu apung pada tahun 2000 diperkirakan mencapai antara 225.100 – 317.230 ton (Tabel 7).
Tabel 7. Proyeksi Produksi Batu Apung Indonesia Tahun 1997 dan 2000
Produksi pada Tahun 1991 | Proyeksi Produksi (ton) | ||
LP | 1997 | 2000 | |
172.554 | Rendah (3,00%) | 194.200 | 225.100 |
Sedang (5,00%) | 209.740 | 267.680 | |
Tinggi (7,00%) | 225.100 | 317.230 |
Keterangan : LP = Laju pertumbuhan rata-rata per tahun.
Import Batu Apung
Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi, di masa datang pengolahan batu apung di dalam negeri di perkirakan semakin maju, dan sudah dapat meghasilkan produk dengan spesifikasi sebagaimana dibutuhkan oleh industri pemakainya. Dengan demikian, impor batu apung yang semula timbul sebagai akibat kualitasnya tidak dapat memenuhi permintaan industri hilir tersebut, kini dapat di pasok di dalam negeri sendiri. Dengan demikian, pada tahun 200 impor batu apung tidak ada lagi.
Permintaan Batu Apung
Sementara itu, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dengan bahan konstruksi yang lebih ringan, aman, dan mudah penanganannya, serta meningkatnya kemajuan teknologi pemanfaatan batu apung di sektor industri maka permintaan batu apung baik di dalam maupun di luar negeri di perkitrakan akan terus meningkat.
Konsumsi Batu Apung
Konsumsi batu apung di dalam negeri beberapa tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan, terutama di sektor konstruksi. Di masa yang akan datang pun konstruksi batu apung di perkirakan terus meningkat. Untuk proyeksinya di hitung dengan laju pertumbuhan GDP 3%, 5%, dan 7%, maka di dapat konsumsi batu apung di dalam negeri pada tahun 2000, antara
65.130 – 91.770 ton (Tabel 8).
Tabel 8. Proyeksi Konsumsi Batu Apung Indonesia Tahun 1997 – 2000
Produksi pada Tahun 1991 | Proyeksi Produksi (ton) | ||
LP | 1997 | 2000 | |
49.917 | Rendah (3,00%) | 56.180 | 65.130 |
Sedang (5,00%) | 60.670 | 77.440 | |
Tinggi (7,00%) | 65.430 | 91.770 |
Keterangan : LP = Laju pertumbuhan rata-rata per tahun
Ekspor Batu Apung
Proyeksi ekspor untuk pemenuhan permintaan negara-nagara lain, pada tahun 2000 di perkirakan mencapai jumlah anatar 184.770 – 369.390 ton. (Tabel 9).
Tabel 9. Proyeksi Ekspor Batu Apung Indonesia Tahun 1997 dan 2000
Produksi pada Tahun 1991 | Proyeksi Produksi (ton) | ||
LP | 1997 | 2000 | |
106.161 | Rendah (3,00%) | 119.480 | 138.510 |
Sedang (5,00%) | 139.150 | 164.690 | |
Tinggi (7,00%) | 184.770 | 369.390 |
Keterangan : LP = Laju pertumbuhan rata-rata per tahun
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis tentang perkembangan batu apung selama periode tahun 1985 – 1991, beserta aspek-aspek yang mempengaruhinnya, dapat di tarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
Kesimpulan Industri Batu Apung Indonesia
Batu apung adalah jenih bahan galian industri yang dihasilkan dari letusan gunung api, mempunyai struktur seluler, bobot isi ruahnya rendah, dan mengandung gelembung yang berdinding gelas, serta sering disebut juga sebagai batuan vulkanik gelas.
Batu apung banyak digunakan untuk bahan konstruksi, yaitu agregat ringan seperti genteng, pipa saluran air, dinding kedap suara dan lain-lain. Sedangkan disektor industri digunakan sebagai bahan abrasif dan pemoles/pengkilap (polishing) di industri logam dan kulit, bahan pembersih kaca, bahan pengisi (filler) dan pelapis (coating) di industri cat, odol, dan kosmetik, serta sebagai chemical carrier di industri kimia.
Indonesia memiliki potensi endapan batu apung yang cukup besar, yaitu lebih dari 10 juta m3, tersebar di Bengkulu, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali, Lombok, Ternate dan Tidore. Potensi yang sudah di usahakan adalah di daerah Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Pulau Lombok, dan Ternate.
Perkembangan pemasokan dan permintaan batu apung Indonesia dalam kurun waktu 1985 – 1991, cenderung meningkat. Produksi batu apung meningkat 16,78% per tahun, konsumsi 48,59% per tahun, dan ekspor sekitar 14,67% per tahun. Impor batu apung selama kurun waktu tersebut masih sangat kecil, yaitu hanya 294 ton pada tahun 1991. Sedangkan harga batu apung rata-rata, meningkat 3,16% per tahun, dan pada tahun 1991 mencapai angka Rp 270.454,00 per ton atau Rp 270,00 per kg.
Prospek industri pertambangan batu apung di masa datang diperkirakan baik, yaitu pada tahun 2000 proyeksi produksi antara 225.100 – 317.230 ton, konsumsi di dalam negeri antara 65.130 – 91.770 ton, dan ekspor mencapai angka 138.510 – 369.390 ton. Sementara itu batu apung yang semula di impor diharapkan sudah dapat dipenuhi didalam negeri sendiri.
Dilihat dari sisi proyeksi pemasokan dan permintaan, sampai tahun 2000 peluang pengusahaan di industri pertambangan batu apung, masih cukup terbuka.
Saran
Untuk meningkatkan industri pertambangan batu apung di Indonesia, maka perlu dilakukan inventarisasi dan eksplorasi bahan galian tersebut dengan lebih lengkap, agar dapat menari minat investor untuk menanamkan uangnya di industri pertambangan tersebut.
Penelitian dan informasi teknologi pemanfaatan batu apung di semua sektor atau bidang, perlu ditingkatkan lagi.
Peran serta pemerintah untuk pengembangan industri batu apung sangat di perlukan, antara lain bantuan eksplorasi, kemudahan perizinan eksplorasi dan eksploitasi, dan bantuan penelitian teknologi pemanfaatan batu apung.