Posted on 2 Comments

Tidak Tahan Hidup di Singapore

Tidak Tahan Hidup di Singapore
Harry Lukman – Washington DC

Para Pembaca Yth,

Kali ini saya akan membagi pengalaman saya sewaktu saya hidup di Singapore. Kalau untuk jalan-jalan beberapa hari OK lah, tapi kalau suruh tinggal disono, no thanks! Bisa mati kebosanan saya, tentu saja ini opini saya.

Saya sempat pegang Singapore Permanent Resident (PR). Ceritanya gini, setelah saya lulus S1 dari Michigan tahun 1994 saya dapet kerja di Chicago, saya kerja pakai practical training, para pembaca yg tinggal di US tentu tahu practical training hanya berlaku 1 tahun, setelah itu company harus sponsor H1B visa (working visa) buat kita, nah waktu itu practical training saya sudah hampir habis dan H1B visa saya belom keluar, jadi saya harus keluar dari US, kalau nggak bisa jadi orang gelap. Yg lebih celaka lagi, saya dengar dari immigration lawyer saya, H1B visa quotanya sudah habis jadi saya harus tunggu 1 tahun lagi. Lalu saya bicara dengan bos saya, bagaimana nasib saya di company ini, apakah mereka mau tunggu sampai 1 tahun? Di luar dugaan saya bos bilang, no problem, begitu visa saya keluar saya boleh langsung kerja lagi.

Nah masalahnya, lalu setahun ini saya mau ngapain? Masak mau nggangur? Lalu saya iseng2x kirim resume saya ke Singapore dan Jakarta, ternyata malah Singaporean companies respondnya lebih bagus, lalu saya terbang ke w:st=”on”>Singapore, masuk Singapore passport di cap boleh tinggal selama 30 hari sebagai tourist. Saya tinggal di tempat teman saya. Beberapa hari interview di beberapa companies saya langsung dapat kerjaan (tentu saja saya tidak bilang kalau saya lagi tunggu H1B approval saya di US) ijin kerja langsung di urus di Singapore namanya EP (Employment Pass) valid for 3 years. Waktu itu Singapore lagi rajin recruit orang asing (Foreign talent program) ini sekitar 10/11 tahun yg lalu nggak tahu sekarang masih ada program itu apa tidak. Employment Pass saya 3 minggu langsung keluar dan saya mulai kerja di Singapore.

Bulan2x pertama senang sih, mau makan Nasi Lemak (Nasi Uduk) dimana mana ada, nggak kayak di US, di Singapore S$ 5 bisa makan Nasi Lemak kenyang di food court, mau minum cendhol, S$2 dimana mana ada, walaupun rasanya beda dengan yg di Indonesia, tapi tak apalah. 3 bulan kerja di Singapore saya mulai berpikir gimana kalau H1B visa saya nggak keluar? Begitu susahnya dapetin ijin kerja di US tapi begitu mudahnya dapetin ijin kerja di Singapore, maka saya lalu applied for Singapore PR, 6 minggu kemudian saya sudah pegang Singapore PR!! Wow semua berlangsung begitu cepat.

Mobil di Singapore

Tapi lama-lama di Singapore bosan banget, tiap weekend mau ke Orchard males penuh orang, kalau ke Lucky Plaza isinya malah PRT dari Philippines semua. Di US saya suka sekali setir mobil jalan2x, apalagi kalau lagi musim gugur jalan melihat pohon2x yang berwarna warni indah sekali, seperti pak WES di Australia saya juga sudah sempat beberapa kali setir from coast to coast di USA, di Singapore boro2x jalan2x pake mobil, harga mobil selangit, Hyundai Tucson baru kalau di US sekitar US$16,000 di Singapore mobil yang sama harganya sekitar S$ 180,000 (sekitar US$ 110,456 dengan current rate S$1 to US$ 0.6) punya duit segini di US udah bisa beli Ferrari kali.

Belom lagi kalau anda beli mobil di Singapore anda harus bayar COE (Certificate of Entitlement) valid for 10 years, setelah 10 tahun COE habis dan anda harus renew COE, tapi kebanyakan orang tidak renew COE soalnya udah nggak worth it lagi for a 10 years old car. Jadi kebanyakan orang Singapore jual mobilnya ke Johor setelah 10 tahun. Ini emang sengaja supaya Singapore tidak dipenuhi oleh mobil lama karena mereka takut mobil lama akan membuat kadar polusi yang tinggi di Singapore. Jadi beli mobil di Singapore itu seperti sewa 10 tahun dengan pemerintah Singapore.

Kalau kita cari mobil bekas di Singapore, kita nggak perlu khawatir dengan mileages mobil tsb. Berapa sih tinggi mileage mobil di Singapore? Negara sekecil itu emang mobil ke mana aja? You can drive from East Coast to West Coast in 45 minutes! Yup lucunya orang Singapore sering pakai istilah East Coast (Paris Ris, Changi, Tampines) dan West Coast (Boon Lay, Jurong, Tuas). So that makes Ang Mo Kio Midwest and Punggol New England, I guess. Nah kalau cari mobil bekas di Singapore yang di tanya adalah COEnya masih berapa lama? Semakin COEnya masih lama, harga semakin tinggi.

Denda S$500

Pernah saya dan teman saya (orang Singapore) mau pergi ke Johor, sebelum masuk di perbatasan semua mobil Singapore harus masuk ke jalur khusus, dan setiap mobil Singapore di stop oleh aparat Singapore, tadinya saya heran kenapa, lalu saya baru tahu kalau aparat memeriksa fuel indicator (jarum bensin) di setiap mobil plat nomor Singapore, kalau fuel indicator dibawah tiga per-empat (3/4) kita dikenakan denda S$500, saya terheran heran dan tanya ke teman saya, “Why on earth they do that?” Teman saya jawab, ini salah satu cara pemerintah Singapore control Singaporean supaya mereka tidak beli Bensin di Malaysia, karena harga bensin di Malysia lebih murah dari w:st=”on”>Singapore dan kadar bensin di Malaysia tidak sebersih di Singapore, jadi dengan demikian pemerintah Singapore menjaga kadar polusi Singapore. Wow busyet!

Denda S$300

Suatu hari saya lagi off dan relax di apartment saya lalu tiba2x ada orang ketuk pintu, saya buka ternyata orang dari Ministry of Environment, setelah mereka tunjuk badge mereka lalu mereka minta masuk untuk check genangan air, mereka lalu masuk ke dapur, di situ ada pot tanaman dan emang ada genangan air, mereka bilang itu tidak boleh, saya bantah itu baru saja saya siram, Singapore kan panas banget kalau nggak di siram tanaman mati, terus mereka ke balcony di situ lagi2x ada genangan air ya karena saya baru siram, ternyata kalau kita siram tanaman tidak boleh meninggalkan genangan air di Singapore, akhirnya saya kena denda S$300 harus dibayar dalam waktu 2 minggu. Lalu mereka keluar dari Apartment saya dan ketuk tetangga saya, nggak dibukain lalu mereka pergi. Aduh dongkol banget, tahu ini mending nggak saya buka tuh pintu, nggak kena denda S$300. Yang saya heran, kalau emang lagi ada wabah demam berdarah, 100 orang udah mati di Singapore OK, boleh lah mereka periksa setiap rumah di Singapore, ini nggak ada angin, nggak ada hujan, mereka ketuk rumah, kesannya sengaja cari2x kesalahan kita.

Kiasu Singaporean

Kiasu adalah bahasa Hok kien yang artinya takut kalah, “pokoknya kalo anda bisa dapet saya juga harus dapat. ”

Kadang mentality ini ada baiknya juga, saya kira Singapore bisa maju seperti sekarang ini karena kiasu mentality nya juga, tapi kadang2x they are going too far. Suatu siang saya dengan teman saya lagi lunch time kita jalan di depan Centre Point di Orchard Rd, lalu ada antrean panjang, temen saya (yg orang Singapore) langsung ikut antre, saya Tanya “Why are you queuing up?” (Ngapain ngantre?) dia bilang, “Don’t know LEH, people are queuing up so must be good WHAT” Weleh2x, ternyata mrk antre untuk beli koran, di dalam koran itu ada coupon product tertentu, kalau nggak salah S$2 off, amit2x.

Jangan kaget kalau anda beli makanan take out/bungkus di food court Singapore anda harus bayar extra 10 cents atau 20 cents. Pertama saya kaget, kenapa? Eh ternyata extra charge ini di bebankan ke kita karena kita harus bayar plastic container nya (tempat utk bungkus makanan). Wah bener2x nggak mau rugi, semua sudah betul2x diperhitungkan.

Di $ingapore denger Radio pun harus bayar Anda punya radio bukan? Tentu anda tidak usah bayar radio permit bukan? Not in Singapore, kalau anda beli radio di sono, anda harus bayar permit (licensing fee) ke SBA (Singapore Broadcasting Authority), nggak mahal sih paling cuma sekitar S$10 per tahun, tapi bukan uangnya, prinsipnya itu lho! Dimana mana denger radio kan juga gratis, kecuali kita langganan XM Radio, ini radio biasa. Keterlaluan sekali, duit melulu, makanya pas deh namanya juga $ingapore (I intentionally put the dollar sign; no it was not a typo error!!). Semoga sekarang udah gratis, ada para pembaca yg tinggal di $ingapore nggak? Sekarang masih bayar nggak?

10 cents can do what? (Singlish)

Yang paling berkesan ttg Singapore adalah cara mereka bicara, SINGLISH (Singaporean English) kalau anda belom biasa lucu sekali dengar cara mereka bicara, pertama saya sampai di Singapore saya nggak ngerti mereka ngomong apa. Pernah saya lagi antri di kantor post, ada anak SMP di depan saya mau beli perangko, dia mau beli 10 cents stamp, sama si petugas kantor post di jawab, “10 cents can do what?” Saya jadi ketawa sendiri ada dengernya kan seharusnya, “What can you do with a 10 cents stamp?” coba ngomong sama orang Amrik kayak gini, pasti mereka bilang, “Say what?”

Jangan kaget kalau anda sering ditanya begini “You go where?” (Where did you go?). Pernah saya telpon iklan di koran ttg sepeda, saya pikir saya mau beli sepeda kalo weekend lumayan jalan2x pake sepeda hitung2x olah raga. Setelah Tanya ttg sepeda, di penerima telpon jawab, “The bicycle sell already” (sepeda sudah menjual) saya sempat bingung sebelom sadar apa yg dia omong, kan seharusnya dia bilang “The bicycle has been sold” (sepeda sudah terjual) atau “I have sold the bicycle” (Saya sudah jual sepedanya)

Yang lucunya begitu saya balik ke Chicago dan ketemu dengan teman2x saya lagi, mereka pada heran, “Hey, dude, what’s up with your English man?” Waduh, saya jawab, “I think I’ve been living in Singapore for too long”. Pokoknya kacau deh Inggris saya waktu saya balik ke Amrik lagi.

Rumah di Singapore

Saya paham karena Singapore itu Cuma seuprit, dan banyak banget orang yg minat kesono, jadi yg namanya property itu mahal banget, jangan kaget kalau harga condo bisa berjuta2x S$, pokoknya perbandingan US dan Singapore kira2x gini; harga mobil di US itu mungkin sama dengan harga COE di Singapore (tadi saya sudah utarakan kalau anda mau mobil mobil di Singapore anda harus bayar COE valid for 10 years, di US kalau mau cari mobil US$800 juga dapet kan?), nah harga mobil di Singapore mungkin sama dengan harga rumah bekas di kota kecil di US bagian tengah, harga rumah di Singapore? Bukan condominium lho! Rumah atau disebut landed property di Singapore, single family home di USA. Wow! You could probably by a quarter of the state of Nebraska!

Kebanyakan orang Singapore tidak tinggal di rumah tapi mrk tinggal di flat di sebut HDB (Housing Development Board). Harga HDB sekitar S$250,000 sampai S$700,000 ini flat kecil, dengan harga segini anda bisa beli rumah di USA. Dan inget, HDB sebagian besar di Singapore hak miliknya Cuma 99 tahun. Setelah itu tanahnya kembali jadi milik pemerintah, dan pemerintah bisa berbuat apa saja. Jadi sekali lagi kalau anda cari flat di Singapore pertanyaan pertama yg harus anda Tanya adalah, tanahnya; ‘Freehold’ (yg paling mahal, ini artinya anda beli property, property itu jadi punya anda sampai kiamat, asal tidak anda jual), nah lalu ada yang ‘999’ (artinya anda beli property dan itu jadi hak anda selama 999 tahun) yang terkahir dan yg paling popular adalah ‘99’ (anda berhak atas property itu selama 99 tahun) ini paling popular soalnya paling murah, tapi hati2x, seperti beli mobil, pertanyaan kedua yg anda harus tanya kalau tanahnya 99 tahun, ‘Sudah berapa lama ini bangunan?’ Misal tanah 99 tahun tapi bangunannya sudah 30 tahun, jadi anda berhak tinggal di situ Cuma 69 tahun, habis itu anda atau keturunan anda tidak punya hak atas property tsb. Waktu saya balik ke US dan mau beli rumah saya pernah Tanya ttg ‘freehold’ & ’99 years’ sama agent di sini, mereka terheran heran, mrk bilang, “Once you own your house, it will be yours until you sell your house”. Wow saya mungkin udah trauma dengan system di Singapore!

The good things about Singapore

Tapi rasanya tidak fair kalau saya jelek jelekan Singapore terus, ada bagusnya juga kok, mau balik Indo deket, saya waktu tinggal sono, kalau ada long weekend terbang ke Jakarta, kan saya pegang penlu, tidak usah bayar fiscal (emang sih ada limitnya). Kalau bayar fiscal konyol, karena roundtrip ticket Singapore – Jakarta lebih murah dari pada harga fiscal, dan mau terbang pakai apa tinggal pilih, banyak banget.

Singapore cukup aman, anda jalan2x sendirian di malam hari juga nggak usah takut, coba anda jalan2x sendirian di malam hari di daerah southeast of Washington, DC kemungkinan besar anda bisa di rampok dan di tembak.

Dan yang saya salut adalah Mass Rapid Transit (MRT) di Singapore, sampai detik ini bagi saya adalah the best in the world, terang, bersih (nggak bau pesing), aman, relative murah dan AC nya dingin.

Saya sudah pernah naik Subway/Metro di New York, Paris, London, Rome, Montreal, Hong Kong dan tentu saja di Washington, DC. Bagi saya Singapore’s MRT is still the best.

Changi Airport (SIN), saya salut! Singapore boleh bangga, dibanding major airports di US seperti LAX, JFK, ORD, SFO atau major airpots di Eropa seperti CDG, LHR, AMS, FRA, Changi Airport lebih bersih, lebih teratur, semua tanda tertulis jelas, toko duty free banyak yg buka 24 jam, tambah satu lagi, terakhir saya ke Singapore tahun 2004 yg lalu MRT sudah sampai ke airport! Bravo Singapore!

Coba anda transit di IAD (Washington Dulles airport) jam 1 pagi, anda pasti cuma bengong aja, nggak ada apa2xnya, semua tutup.

Setelah hampir 1 tahun di tunggu akhirnya H1B visa saya keluar juga, saya langsung ke US Embassy di Singapore utk urus secepatnya supaya bisa balik ke Chicago. I missed my car, I missed my girlfriend (now she’s my wife). I missed Chicago! Begitu sampai Chicago, the first weekend saya langsung setir mobil ke Des Moines, IA (Baca: de-mo-en) Ini adalah ibukota Negara bagian Iowa (baca: a-yo-wa). Hari senin, teman sekerja saya Tanya, “How was your weekend?” saya jawab, “Great, I went to Des Moines” dia Tanya lagi, “Do you have any friends or relatives there?” saya jawab, “No just for a drive, I miss American highway so much, I haven’t had a chance to drive for almost a year” dia geleng2x, “Something wrong with you” kata dia lagi. Chicago – Des Moines sekitar 5 jam 20 menit, bolak balik sekitar 11 jam, tapi waktu itu bensin kan murah dan saya masih single sekarang ya pikir2x lagi, anak sudah 2! he..he…he..he…

Tadi malam saya jelaskan ke anak saya kalau saya pulang telat karena banyak kerjaan di kantor, lalu anak saya yg besar (kelas TK) bilang gini ke saya, “It’s OK dad, I was busy playing game boy anyway” Nggak terbayang misal dulu H1B visa saya nggak keluar dan saya tetep di Singapore, anak saya pasti bilang gini, “You come back at night also no problem WHAT, I play my game boy LOH”.

Greetings from the American Capital,Harry Lukman, Washington, DC

2 thoughts on “Tidak Tahan Hidup di Singapore

  1. Selamat pagi gan. Rencana nya saya mau kerja di Singapura. Lebih jelasnya dulu bos saya di jkt. Dy asli Malaysia tetapi sudah lama di Singapura. Dy nawarin saya kerja di Singapura. Saya lagi tunggu work permit dr Singapura. Saya minta bimbingannya untuk bekal di sana. Kira2 apa saja yg harus saya bawa atau persyaratan nya.terima kasih. Doni

  2. sip lah donny, ke singapore yg penting semua legalitas siapkan, singapore itu negara ketat, jangan sampai semua legalitas belum lengkap malah nekat kesana, bisa di denda mahal, bahkan bisa di penjara segala kalo sembarangan disana, so sebelum ke singapore, ada baiknya liburan dulu ke lombok bro.. kalo mau ke lombok, ikutin tour lombok kami ya, chat via whatasapp +6287865026222

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *